Nahkoda Golkar Sultra Darwin Dalam Bahaya

Ketua DPD I Golkar Sultra terpilih La Ode Darwin

Penulis: Muhammad Akbar Ali (Jurnalis Politik Sulawesi Tenggara)

PIKIRANLOKAL.COM, KENDARI-La Ode Darwin. Nama yang kini semakin bergema. Hari ini 2 November 2025, ia sah terpilih, aklamasi, sebagai Ketua DPD I Golkar Sultra. Tanpa debat. Tanpa pesaing. Tanpa drama voting. Langsung diketuk palu. Selesai.

Darwin baru 40 tahun. Bupati Muna Barat. Dilantik Februari lalu. Umurnya bahkan belum setengah abad. Tapi karier politiknya? Sudah jauh meninggalkan banyak senior. Bayangkan, belum sembilan bulan jadi bupati, sudah jadi ketua partai sebesar Golkar. Partai “tua” yang punya sejarah penuh asam garam. Partai yang jadi saksi lahirnya orde baru dan bertahannya orde reformasi.

Kaum kepulauan, terutama Muna Raya, tentu bangga. Sejak era Ridwan Bae, baru kali ini orang Muna naik sedrastis ini. Menaiki tangga kekuasaan dua tingkat sekaligus, pemerintahan daerah dan kepemimpinan partai.

Tapi, inilah titik gentingnya.

Karier Darwin ini cepat sekali menanjak. Biasanya, dalam politik Indonesia yang melesat cepat itu juga rawan jatuh cepat. Seringkali bukan oleh lawan. Tapi diri sendiri. Uang, proyek, kuasa tanda tangan. Godaan di setiap sudut. Pikiran bisa saja jernih hari ini, tapi sangat mungkin tergelincir esok hari.

Minggu lalu saya berbincang dengan salah satu elite DPP salah satu partai di Jakarta. Ia tidak menyoroti misi Darwin yang berambisi menjadi nahkoda Golkar. Tapi jebakannya. Katanya, kursi Ketua Golkar itu memang menggoda. Tapi juga berbahaya. KPK atau Kejaksaan bisa melihat gerak laju sebuah tanda tangan lebih tajam dari kita membaca huruf cetak.

Lihat saja jejak masa lalu, Rusman Emba, Bupati Muna. Tersandung korupsi. Umar Samiun, Bupati Buton. Sama. Asrun dan Adriatma, ayah-anak, Wali Kota Kendari. Masuk penjara. Bahkan Abdul Azis, Bupati Kolaka Timur yang baru, ikut-ikutan “terpleset”.

Tokoh-tokoh itu punya nama besar. Tapi tidak selamat. Jelas, jabatan dan uang bukan sekadar menggoda. Mereka bisa menyeret siapa saja, terutama yang merasa kebal atau lengah.

Darwin paham itu. Pasti. Tapi kadang masalah bukan pada ketidaktahuan. Melainkan saat kita merasa kebal oleh pujian. Atau merasa “aman” karena sedang di puncak. Padahal, hukum itu tidak mengenal euforia. Sorotan KPK, kejaksaan, BPK. makin besar kekuasaan, makin besar mata mengawasi.

Maka Darwin harus belajar. Bukan hanya memimpin. Tapi menjaga diri. Belajar dari senior-senior Golkar yang masih selamat sampai hari ini. Salah satunya Ridwan Bae.

Ketgam: La Ode Darwin saat mengibarkan petaka Partai Golkar usai terpilih aklamasi sebagai Ketua DPD I Golkar Sulawesi Tenggara (Sultra), di Kendari, Minggu (2/11/2025).

Musda XI Golkar Sultra hari ini terbilang keren. Ketua Umum Bahlil Lahadalia hadir langsung. Dengan bahasa khasnya yang tegas, keras, dan flamboyan. Bahkan, Herry Asiku yang Ketua DPD I Golkar yang akan dimisioner, kini diberi posisi Ketua Dewan Pertimbangan. Ini bukan hal sepele. Artinya, Darwin tetap akan punya “penjaga moral” yang kuat. Yang akan mengingatkannya tiap kali melangkah terlalu jauh atau terlalu cepat.

Panggung apa yang kini terbuka buat Darwin? Besar, Pemilihan Gubernur 2029. Bahlil sudah memberi kode. Kalau UU Pilkada jadi berubah, gubernur akan dipilih DPRD. Golkar punya 6 kursi. Modal awal. Tinggal bagaimana Darwin merangkul minimal 25 dari total 45 anggota DPRD Sultra. Kalau berhasil, ia melenggang. Tanpa perlu turun kampanye ke pasar-pasar, tanpa ribet.

Yang mesti waspada sekarang bukan hanya Darwin. Tapi juga petahana, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka. Peta politik bisa berubah secepat cuaca di Sultra. Kalau Darwin berhasil mengunci dukungan parlemen, posisi gubernur bisa ditebas dari jalur belakang. Halal. Legal. Tapi lihai.

Politik. Tidak ada yang abadi. Tidak ada yang pasti. Darwin sedang merayakan kemenangan. Publik bersorak. Media memotret. Namun, di balik semua sorak itu, ada garis tipis yang harus ia jaga. Garis antara kejayaan dan kehancuran karir.

Politik itu bukan soal seberapa cepat naik. Tapi seberapa mampu bertahan. Banyak pemimpin yang naik seperti roket, tapi jatuh seperti meteor. Menghantam dan lenyap. Kini, Darwin berada di simpang jalan. Arah mana yang ia pilih?

Itu bukan hanya urusan Darwin. Tapi juga citra kepemimpinan Sulawesi Tenggara, yang kini membutuhkan tokoh dengan kepala dingin, hati lurus, dan langkah yang bersih. Kita lihat saja. Sampai di mana takdir akan membawa Darwin. Apakah terus terbang tinggi? Atau jatuh tersandung. Semua masih terbuka. Dan kita, akan menunggu jawaban misteri takdir atas pertanyaan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
error: Content is protected !!