Bang Jay Bertemu Isni, Penggerak Tabungan Sampah Bernilai Ekonomi dari Kolaka

Foto: Ketua PKB Sultra, Jaelani, (Kanan),bersama Nurisni Nirwan, (Kiri), berpose di ruang tamu rumah produksi Nampah, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Dari pertemuan sederhana ini, Bang Jay mendengar langsung cerita lahirnya aplikasi bank sampah digital yang diinisiasi Isni sejak 2020.

PIKIRANLOKAL.COM, KOLAKA-Di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, aroma plastik terbakar dan tumpukan sampah, kerap jadi pemandangan biasa. Tapi siang itu, di sebuah rumah produksi sederhana, yang tercium adalah semangat. Jaelani, Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa Sulawesi Tenggara, yang akrab disapa Bang Jay, datang berkunjung. Ia tak menemui relawan partai, melainkan seorang perempuan muda dengan gagasan besar, Nurisni Nirwan.

Perempuan 27 tahun itu menyambut dengan senyum tipis. Penampilannya sederhana, tapi tutur katanya rapi dan mantap. Dari lisannya mengalir cerita tentang sebuah aplikasi yang lahir dari keresahan bersama, Nampah. Singkatan dari Nabung Sampah. Sebuah inovasi yang menyatukan kesadaran lingkungan dan teknologi digital.

Ide itu bermula di bangku kuliah. Seorang sahabat Isni mengangkat isu sampah sebagai tugas akhir. Dari diskusi panjang, tercetus gagasan membangun sistem menabung sampah, seperti menabung uang di bank. “Kami melihat sistem bank itu disiplin dan teratur. Mestinya, sampah juga bisa dikelola seperti itu,” kata Isni.

Konsep itu dikembangkan layaknya aplikasi transportasi daring. Warga cukup memesan penjemputan sampah melalui ponsel, dan tim Nampah akan menjemputnya.

“Akhirnya muncul ide dari hasil tugas akhir itu. Aplikasi ini bernama Nampah, konsepnya seperti bank karena masyarakat bisa menabung sampah mereka. Alhamdulillah, aplikasi ini masih aktif beroperasi sejak tahun 2020,”ujarnya.

Bang Jay mendengarkan dengan saksama. Ia terlihat seperti sedang membaca masa depan, bukan sekadar sampah.

Fokus awal Nampah adalah sampah bernilai seperti plastik, ban bekas, styrofoam, minyak jelantah. Di rumah produksi, tumpukan plastik bekas diproses menjadi papan berwarna-warni. Dari papan itu, tangan-tangan muda mengubahnya menjadi furnitur meja, kursi, rak buku, jam dinding.

“Kami memproduksi papan dari sampah plastik, lalu membuatnya menjadi furnitur. Hasilnya bisa dilihat langsung lewat aplikasi Nampah,” kata Isniz

Kini, produk Nampah telah dipasarkan ke berbagai daerah di Sulawesi Tenggara, termasuk Kendari. Bahkan, Gubernur Sultra memberikan apresiasi atas inovasi itu.

Tim Nampah hanya beranggotakan delapan orang. Mereka bekerja dengan dukungan pemerintah daerah, Kementerian, hingga PT Antam yang menyediakan alat dan rumah produksi. Meski begitu, pekerjaan ini bukan tanpa kendala.

“Edukasi masyarakat itu paling susah. Banyak yang berpikir sampah adalah urusan pemerintah. Padahal perubahan dimulai dari kita sendiri,” ujar Isni.

Namun bagi Isni, dukungan berbagai pihak menjadi bahan bakar semangat. “Kami tahu belum semua jenis sampah bisa kami kelola. Tapi kami akan terus mencoba, mencari pasar, dan mengedukasi,”ujarnya.

Kunjungan Bang Jay hari itu memberi energi baru. Di matanya, Isni dan Nampah adalah cermin kekuatan ide yang lahir dari akar rumput. Bahwa di tengah perbincangan tentang politik dan pembangunan, ada gerakan kecil yang mengubah wajah kota dengan gagasan.(ali).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
error: Content is protected !!