Jembatan Asa di Ujung Palabusa: Ridwan Bae dan Menteri PU Meninjau Denyut Masa Depan Sultra

Foto: Menteri PU Dody (Kiri) bersama Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ridwan Bae (Kanan), saat meninjau langsung pembangunan jembatan Muna-Buton, di Kelurahan Palabusa, Kecamatan Lea-lea, Kota Baubau, Minggu (13/7/2025).

PIKIRANLOKAL.COM, BAUBAU—Angin laut dari Teluk Baubau berhembus pelan, membawa harapan yang menggumpal di bibir selat antara Pulau Muna dan Pulau Buton. Di bawah langit biru yang bersih, dua tokoh negara berdiri menyapa masa depan: Ir. Ridwan Bae, Wakil Ketua Komisi V DPR RI, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dody Hanggodo di Kelurahan Palabusa Kecamatan Lea-lea, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (13/7/2025).

Mereka datang bukan sekadar untuk meninjau, melainkan merawat mimpi lama yang hendak diwujudkan: Jembatan Penghubung Muna–Buton.

Berbalut kemeja putih dan celana hitam, Ridwan Bae tampak sumringah. Cahaya matanya memantul di riak laut Palabusa, seolah-olah melihat masa depan yang perlahan ditarik lebih dekat oleh tiang-tiang besi dan beton.

“Alhamdulillah, daerah kita Muna dan Buton akan segera memiliki jembatan megah. Tetapi bukan megahnya, namun dari fungsinya sebagai denyut nadi pembangkit ekonomi dua daerah,” ucapnya lirih penuh keyakinan.

Mimpi tentang jembatan ini bukan mimpi baru. Sejak tahun 2010, gagasan itu telah menjadi arsitektur di benak rakyat dan pejabat. Namun jalan menuju mimpi tak pernah mudah—ia harus melewati belantara koordinasi dan kabut birokrasi. Kini, di tengah semangat yang kembali menguat, harapan itu tampak mulai menemukan pijakannya.

Menteri PU Dody Hanggodo berdiri tegas di tepian dermaga, matanya menatap ke cakrawala tempat tiang jembatan kelak menjulang. Dalam ucapannya yang tenang, tersirat kehati-hatian dan tanggung jawab. “Kunjungan ini untuk melihat langsung perhitungan teknis terkait jarak antara jembatan dan permukaan laut, khususnya jalur yang akan menjadi lintasan kapal. Ini harus diperhitungkan secara matang agar keberadaan jembatan tidak menghalangi lalu lintas laut dalam jangka panjang,” jelasnya.

Ia menegaskan pentingnya antisipasi pasang-surut air laut. Tak hanya membangun jembatan, pemerintah ingin membangun keberlanjutan. “Semua harus dipastikan, bahwa 10 hingga 20 tahun ke depan kapal masih tetap bisa melintas dengan aman,” imbuhnya.

Menurut Dody, seluruh perencanaan teknis ditargetkan rampung di tahun 2025, agar konstruksi fisik bisa dimulai pada tahun 2026. “Kalau komunikasi antara pusat dan daerah berjalan baik, kita harapkan tahun 2025 ini semua aspek teknis bisa diselesaikan. Tahun 2026 kita mulai konstruksi awal,” katanya.

Tak hanya sekadar infrastruktur, jembatan ini disebut sebagai “urat nadi baru” yang menghubungkan potensi terpendam di jantung Sulawesi Tenggara.

Foto: Menteri PU Dody (Kanan) bersama Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ridwan Bae (Kiri) saat meninjau persiapan dan pemantapan pembangunan jembatan Muna-Buton.

Menteri Dody menegaskan, jembatan ini akan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, pariwisata, dan perikanan, termasuk membuka akses ekonomi yang lebih luas ke Buton Tengah.

“Buton Tengah yang selama ini terkesan tertutup akan menjadi lebih terbuka. Ini akan meningkatkan volume perdagangan dan membuka potensi daerah secara menyeluruh. Kehidupan masyarakat akan ikut terdongkrak,” ungkapnya.

Rancangan jembatan ini tidak main-main: sepanjang 2,9 kilometer, terbentang dari Pulau Buton menuju Pulau Muna. Jembatan utama akan merentang sejauh 2.043 meter, diapit oleh jembatan pendekat dan jalan penghubung di masing-masing pulau—186 meter di sisi Muna, 525 meter di sisi Buton, dan tambahan 215 meter akses darat.

Di sisi Pulau Muna, jalan penghubung akan terkoneksi ke jalan-jalan Kabupaten Buton Tengah, sedangkan dari sisi Pulau Buton akan langsung menuju wilayah Kota Baubau. Sebuah pengikat ruang dan waktu, penghubung antara mimpi dan kenyataan.

Hari itu, Palabusa bukan lagi sekadar kelurahan pesisir. Ia menjadi saksi bisu dari langkah-langkah kecil menuju perubahan besar. Di antara deru angin dan debur ombak, jembatan belum terlihat secara fisik, namun di benak rakyat Sultra, ia telah berdiri: jembatan asa, jembatan masa depan.

Dan Ridwan Bae, salah satu politisi yang tak lelah memperjuangkannya, kini boleh bernafas sedikit lebih lega. Karena hari ini, ia tak hanya berdiri di tanah kelahiran, tapi juga di ambang sejarah. (ali).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait
930 x 180 AD PLACEMENT
error: Content is protected !!